Dalam melakukan persuasi “One on One”, salah satu tantangannya adalah bagaimana membuat pikiran seseorang bergerak ke arah tertentu sesuai keinginan kita tanpa ia sadari. Kita harus melakukannya dengan sangat halus untuk menghindari hambatan secara psikologis maupun teknis.
Kebanyakan orang tidak suka dimanipulasi. Bukan karena mereka tidak dapat dimanipulasi atau tidak ingin dimanipulasi. Mereka hanya tidak ingin MERASA dimanipulasi. Catat, kata “merasa” tersebut.. Karena seringkali kita merasa “enjoy-enjoy” saja mengeluarkan uang banyak, enteng meng-iya-kan sesuatu selama kita tidak merasa dimanipulasi, betul?
Nah.. salah satu cara paling primitif untuk menggerakkan pikiran adalah dengan perintah. Namun bukan perintah langsung yang dilakukan secara terbuka dan terang-terangan. Cara langsung seperti itu berpotensi menemui hambatan. Sebagai contoh, jika anda ingin seseorang tertarik kepada anda, anda bisa saja mengatakan: Susi, saya perintahkan kamu sekarang juga untuk mencintai saya! Itu namanya perintah langsung. Hasilnya? Silakan anda reka sendiri.
Yang harus anda lakukan adalah “membungkus” perintah tersebut di dalam sebuah kalimat sehingga memberikan efek yang anda inginkan dengan hambatan yang seminimal mungkin. Mungkinkah? Tentu saja mungkin! Teknik ini di dalam NLP dikenal sebagai Embedded Command. Embedded Command adalah salah satu dari sekian banyak pola yang dipelajari dalam materi Milton Model. Sayangnya, banyak orang yang salah kaprah dalam mempelajari teknik ini sehingga menjadi rancu dalam penerapannya.
Di kelas NLP, saya akan jelaskan terlebih dahulu konsep Unconscious Mind, bagaimana instrumen itu bekerja dan bagaimana mengaktifkannya. Pemahaman konsep ini penting agar anda paham mengapa Milton Model memerlukan syarat dan konteks yang tepat dalam penerapannya, bukan asal njeplak.
Bahkan dr. Milton Erickson, sang legenda di dunia hipnosis yang namanya diabadikan sebagai nama materi ini, mengatakan bahwa setiap kali ia bertemu dengan pasien-pasiennya, ia selalu melihat mereka dalam dua sosok yaitu sosok Conscious Mind dan Unconscious Mind. Kedua sosok ini memiliki cara yang unik dalam merespon setiap perkataan kita. Keberhasilan sebuah proses persuasi juga ditentukan oleh bagian mana yang meresponnya.
Kembali ke cerita si Susi di atas, kita dapat membungkus perintah dengan menyisipkannya dalam kalimat, misalnya:
” Kamu tahu kan, kalau kita ketemu orang yang menarik, bicaranya halus, punya sense of humor bagus.. kita dapat tiba-tiba meRASAKAN KENYAMANAN DAN KETERTARIKAN YA..”
Perhatikan bagian yang ditulis dengan huruf besar. Jika kita mengucapkan kalimat tersebut secara alami dan mengalir sambil memberikan penekanan pada bagian tersebut, misalnya dengan menurunkan nada (tone) dan menaikkan sedikit volume suara, kita sedang melakukan Embedded Command. Lebih baik juga jika kita melakukannya berulang-ulang dengan variasi kata yang berbeda sambil memainkan jeda, eye contact dan gesture/ gerakan tertentu.
Yang terjadi sesungguhnya, kita akan terlihat sedang membicarakan tentang hal lain secara umum tetapi Unconscious Mind Susi menangkap makna tertentu. Inilah awal mula pengarahan pikiran seseorang menuju ke arah yang kita inginkan. Milton Erickson mengatakan bahwa ia sendiri sedari kecil sudah terbiasa bercerita dengan melakukan “Marking” (menandai dengan cara tertentu) kata atau kalimat sehingga satu cerita yang sama dapat ditangkap menjadi 4 makna cerita oleh 4 orang yang berbeda.
Tertarik mencoba? Tantangannya adalah bagaimana melatih cara berbicara sambil memainkan nada seperti itu atau menggerakkan tubuh tertentu secara alami. Kalau nyanyi saja nadanya masih fals, jangan-jangan saat berbicara biasa juga kan. Saya sarankan anda membaca terlebih dahulu konsep unconscious mind dari sumber-sumber tertentu atau dari buku-buku karya dr. Milton Erickson agar anda tidak menjadi praktisi kagetan.
Oleh: Sydney Panjiagung
Leave a Reply