Ini kejadian nyata, terjadi beberapa hari yang lalu. Saya menghadiri rapat evaluasi program di sebuah perusahaan besar dan duduk dalam satu ruangan bersama jajaran direksi. Sambil memelototi data seorang petinggi tiba-tiba mengomentari salah satu poin pembahasan.
“Mas, kalau sistem sih sebenarnya kita sudah punya dan dirancang dengan baik. Hanya saja dalam implementasinya seringkali payah.”
Ia kemudian melanjutkan, “Ada yang berhenti sampai sekedar rencana. Ada yang sudah mencoba melakukan tetapi hasilnya tidak ada. Mereka membawa pulang masalah-masalah dengan segudang alasan mengapa mereka tidak mampu melakukannya. Kita tidak butuh seorang “Planner”, kita punya banyak tipe orang seperti itu di sini. Kita sangat membutuhkan seorang “Doer” yang bukan hanya mampu merencanakan tetapi juga mampu menjalankannya, memperbaikinya, dan tidak akan berhenti sampai tujuan tercapai.”
Dengan gaya bicara kocak, Sang Petinggi ini kemudian menutup ucapannya dengan kalimat, “Kita perlu para pemecah masalah, bukan para pencari masalah. Masalah itu tanpa kita caripun sanggup datang sendiri.” Semua yang hadir dalam rapat sontak tergelak mendengar kalimat penutupnya.
Saya pribadi sejalan dengan pendapat itu. Memang menurut pengamatan saya ada empat tipe orang di tempat kerja, yaitu:
Tipe ke-1 adalah mereka yang menjalani pekerjaan sebagai derita. Mereka sama sekali tidak menikmati pekerjaannya dan bekerja apa adanya saja asal memenuhi tanggung jawab kemudian pulang bawa uang. Mereka menderita siksa kerja sepanjang hidupnya. Mereka ini golongan “Penderita”. Jenis ini banyak jumlahnya dimana-mana.
Tipe ke-2 adalah mereka yang menerima tugas dan tanggung jawab sepenuh hati. Mereka biasanya mencintai pekerjaan, entah karena memang sesuai dengan pekerjaan idamannya atau karena memang sudah pasrah bongkok’an. Mereka mungkin lelah dan menghabiskan banyak waktu dalam pekerjaan ini mereka (berusaha) menikmati dan menganggapnya sebagai zona nyaman. Mereka tak ingin kemana-kemana, tak ingin apa-apa lagi. Mereka ini golongan “Penikmat”.
Tipe ke-3 adalah mereka yang bekerja sambil mengangan-ngangankan sesuatu. Mereka mungkin ingin merintis karir sampai puncak pimpinan atau ingin keluar dan berbisnis sendiri. Mereka menggali ide-ide tentang apa yang bisa dilakukan. Mereka merencanakan ini dan itu. Mereka tahu apa yang mereka mau tetapi mereka tak pernah berani mengambil langkah nyata mewujudkannya. Kalaupun sempat mencoba, mereka hanya mencoba sedikit atau sebentar kemudian mengambil kesimpulan prematur. Selalu ada alasan dan selalu ada yang bisa disalahkan. Mereka ini golongan “Penghayal”.
Tipe ke-4 adalah mereka yang tahu apa yang mereka mau. Mereka tahu mengapa mereka bekerja dan apa yang mereka dapat sambil merencanakan ini dan itu. Mereka kemudian membulatkan tekad untuk mewujudkannya. Ada orang-orang hebat yang saya kenal secara pribadi masuk dalam tipe ini. Ada yang merintis karir dari nol sebagai pegawai rendahan sampai akhirnya kini menduduki jabatan paling tinggi Sebagian memutuskan untuk berhenti bekerja kemudian memulai hidup baru dengan bisnisnya sendiri. Tipe seperti ini memiliki kesamaan yaitu mereka semua memiliki determinasi. Mereka adalah eksekutor andal dalam kehidupan. Tidak mencari alasan dan tidak mencari apa/siapa yang perlu dipersalahkan. Mereka ini masuk golongan “Pengejar”. Jumlahnya sedikit saja. Hanya seupil yang menghuni puncak piramida.
Kabar gembiranya, tipe-tipe itu menurut saya bukan bawaan genetik. Pengaruh eksternal dan dengan siapa kita bergaul menentukan mindset dan sikap hidup. Bergaul dengan para “Penderita”, hidup kita akan penuh dengan negativitas dan keluh kesah sebagai “korban” plus budaya celometan sebagai bonusnya.
Bergaul dengan para “Penikmat”, hidup ini memang harus dinikmati dan dijalani dengan s e l o w – s e l o w a j a . .
Bergaul dengan tipe “Penghayal”, siap-siap tahu sendiri lah.
Bergaul dengan para “Pengejar”, kita akan tahu bahwa mengejar itu ada deritanya, ada proses menikmatinya, ada proses memimpikannya dan ada proses menjalaninya.
Banyak orang yang bisa bekerja tapi sedikit saja yang benar-benar “bekerja”. Bertukar pikiranlah dengan para “Pengejar” dan banyak membaca kisah hidup para tokoh tipe “Pengejar”.
Dua minggu yang lalu seorang kenalan bilang, “Sebenarnya aku pernah terpikir ide tentang ojek online jauh sebelum Go-jek itu ada”. “Lalu kenapa tidak diwujudkan?”, balas saya. “Yah ngga sempet aja dan pas tanya teman katanya teknologinya ruwet dan dasar hukumnya ngga ada. Ya menguap begitu aja hehehe..”.
“Kasihan.. “, pikir saya dalam hati. Seharusnya dia ini dicatatkan juga dalam sejarah perkembangan ojek online setidaknya sebagai penggagas. 🤣
Sedari belia saya sering bergabung dalam organisasi panitia. Rapat selalu diramaikan oleh ide-ide yang dilanjutkan perdebatan sana-sini semalam suntuk. Pada saat pengerjaan, sedikit saja yang mau bekerja. Ketika acara sukses, kami semua bergembira merayakan hasil kerja “tim”. 😂😂😂..
Sydney Panjiagung
Performance Coach