Frame dalam NLP adalah cara pandang seseorang dalam memaknai suatu hal atau pengalaman dalam konteks tertentu. Sedangkan Framing berarti suatu teknik untuk membuat seseorang memaknai suatu hal dengan “bingkai” yang diberikan.
Cara pandang kita terhadap sesuatu hal / pengalaman, sangat mempengaruhi cara berpikir dan perilaku kita. ketika kita memandang dengan cara yang “salah” maka kita juga pasti akan mendapat makna yang “salah”, dan berlaku untuk sebaliknya.
NLP memandang bahwa setiap hal / pengalaman pasti memiliki makna-makna yang bervariasi, dan itu tergantung bagaimana cara memandangnya dan konteksnya. Oleh karena itu, bagi siapapun yang hendak ingin berubah menjadi lebih baik, ada baiknya menggunakan “Frame” yang tepat.
NLP mengenalkan beberapa jenis frame :
- Outcome Frame : berorientasi pada outcome (tujuan).
- Ecology Frame : pertimbangan faktor lain (diri sendiri/lingkungan).
- Evidence Frame : mengacu pada fakta riil.
- As-if Frame : pengandaian, bertujuan untuk mendapatkan pilihan-pilihan.
- Contrast Frame : polaritas secara kontras.
- Agreement Frame : pernyataan kesepakatan (“betul..”).
- Backtrack Frame : konfirmasi/pengulangan suatu pernyataan.
Contohnya :
Outcome Frame :
Seorang pebisnis yang pernah mengalami kegagalan, dan akhirnya ia takut untuk memulai bisnis baru, ia tentu saja pasti memiliki 1001 alasan untuk tidak memulai bisnis lagi.
Salah satu presuposisi NLP adalah : ” There’s No Such Thing As Failure Only Feedback (Tidak ada Kegagalan, yang ada adalah pembelajaran) “, dengan mengadposi presuposisi ini, maka ia dapat memaknai ulang kegagalan terdahulunya.
Dengan outcome frame ia akan mampu merancang ulang tujuannya / outcome, dan menggunakan pengalaman terdahulu menjadi suatu pembelajaran dibanding sebagai suatu beban.
*****
Framing juga sangat berguna dalam komunikasi, Framing dapat digunakan sebagai suatu teknik untuk membuat lawan bicara berpikir dan berprilaku sesuai dengan konteks yang kita berikan, contohnya :
Dalam suatu rapat perusahaan yang membahas tentang kinerja perusahaan yang terus turun, pemimpin rapat hendak mencari akar permasalahan yang akurat. Ketika rapat itu dimulai, pemimpin rapat langsung melakukan frame :
“Baik sekarang kita akan mencari akar permasalahan yang sedang dialami, harap memberikan data-data yang akurat, bukan sekedar asumsi , Setuju! ? “
Apa yang terjadi berikutnya adalah, seketika peserta-peserta rapat yang memiliki asumsi-asumi yang tidak memiliki data-data yang akurat tidak berani untuk mengukapkan asumsi tersebut. Dengan begitu hasil yang diharapkan dari rapat tersebut sesuai dengan tujuan.
Selanjutnya : Reframing
Leave a Reply